Imam Hasan Al Bashri
adalah seorang ulama tasauf yang sangat zuhud dari kalangan tabi’in,
yang lahir pada tahun 21 Hijriah, dua hari sebelum terbunuhnya khalifah
Umar bin Khaththab dan meninggal tahun 110 Hijriah. Ia lahir, tumbuh dan
tinggal di Kota Bashrah, sehingga dinisbahkan menjadi namanya al
Bashri. Tidak kurang dari 370 orang sahabat, tujuhpuluh orang di
antaranya adalah ahlul Badar, yang menjadi guru dan rujukan Hasan al
Bashri dalam menuntut ilmu. Termasuk di antaranya adalah Ali bin Abi
Thalib, yang digelari Nabi SAW sebagai pintunya ilmu. Namun kisah
taubatnya Hasan al Bashri termasuk unik dan memilukan.
Sebelumnya,
Hasan adalah seorang pemuda tampan yang hidup berkelimpahan harta. Ia
selalu memakai pakaian yang indah-indah dan suka berkeliling kota
untuk bersenang-senang. Suatu ketika ia melihat seorang wanita yang
sangat cantik dan tubuh sangat memikat, Hasan berjalan di belakangnya
dan mengikuti langkahnya kemanapun ia pergi. Tiba-tiba wanita itu
berpaling kepada Hasan dan berkata, “Tidakkah engkau malu??”
Hasan berkata, “Malu kepada siapa??”
Wanita
itu menjawab, “Malu kepada Zat yang Maha Mengetahui apa yang ada di
balik pandangan matamu, dan apa yang tersimpan di dalam dadamu!!”
Hasan
sempat tertegun dengan perkataan wanita itu, yang rasanya menghunjam
jauh ke dalam hatinya. Sempat terjadi pergolakan, tetapi kecantikan dan
pesona wanita itu seolah membetot sukmanya, terutama dua matanya yang
jeli memikat. Ia benar-benar jatuh hati dan tidak mampu rasanya untuk
berpaling, karena itu ia terus mengikutinya. Ketika tiba di depan
rumahnya, lagi-lagi wanita itu berpaling dan berkata, “Mengapa engkau
mengikuti hingga ke sini??”
Hasan berkata, “Aku terfitnah (tergoda) dengan keindahan dua matamu!!”
Sesaat
terdiam, kemudian wanita itu berkata, “Baiklah kalau begitu, duduklah
sebentar, aku akan memenuhi apa yang engkau inginkan!!”
Hati
Hasan sangat gembira, dikiranya wanita itu juga jatuh hati kepadanya
dan akan bersedia menjadi istrinya. Bagaimanapun juga ia seorang pemuda
yang tampan dan kaya, sangat mungkin kalau wanita itu akan menerima
cintanya. Tidak lama berselang, muncul pelayan wanita dengan membawa
baki tertutup sebuah sapu tangan, yang langsung menyerahkannya kepada
Hasan. Ia membuka sapu tangan itu, dan seketika wajahnya menjadi pucat
pasi. Dua bola mata, dengan sedikit percikan darah tergeletak di atas
baki itu. Pelayan wanita itu berkata, “Tuan puteri saya berpesan kepada
tuan : Aku tidak menginginkan mata, yang menyebabkan fitnah bagi orang
lain!!”
Tubuh
Hasan bergetar hebat penuh ketakutan, dan ia segera berlari pulang.
Tubuhnya lunglai seolah tidak memiliki tulang belulang. Sambil memegang
jenggotnya, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Oh, alangkah hinanya
engkau, percuma saja engkau berjenggot, tetapi engkau jauh lebih hina
daripada wanita itu!!”
Semalaman
itu Hasan hanya menangis penuh penyesalan dan bertaubat kepada Allah.
Pagi harinya ia mendatangi rumah wanita itu untuk meminta maaf dan
kehalalan dari dirinya. Tetapi rumah wanita itu dalam keadaan tertutup,
dan terdengar tangisan dari dalamnya. Salah seorang tetangganya
memberitahukan kalau wanita pemilik rumah itu telah meninggal. Hasan
makin tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Tiga hari lamanya ia
tidak keluar rumah, waktunya hanya berisi tangis penyesalan atas apa
yang telah dilakukannya, dan bertaubat kepada Allah.
Pada
hari ketiga, ia bermimpi melihat wanita itu sedang duduk di surga.
Hasan menghampirinya dan berkata, “Berilah aku maaf dan kehalalan atas
apa yang aku lakukan!!”
Wanita
itu berkata, “Aku telah memaafkan dan menghalalkanmu, karena aku telah
memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah, dengan sebab dirimu!!”
Hasan berkata lagi, “Berilah aku nasehat!!”
Wanita
itu berkata, “Ketika engkau dalam kesendirian (kesunyian), berdzikirlah
kepada Allah Ta’ala. Ketika engkau berada di pagi dan sore hari,
beristighfarlah dan bertaubatlah kepada Allah!!”
Setelah
terbangun dari mimpinya itu, hati Hasan menjadi lebih lega. Ia merubah
total pola hidupnya selama ini. Semua harta yang dimilikinya
disedekahkan di jalan Allah, ia hidup dalam keadaan zuhud dan selalu
dalam ketaatan, memperdalam ilmu dari para sahabat Nabi SAW yang memang
banyak yang tinggal di kota Bashrah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Disini.. ^_^